Searching...
Sabtu, 08 Oktober 2011

Am I a Loser?


Begitu banyak buku yang mengajarkan bagaimana menjadi pemenang, menjadi besar, menuju sukses, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan keberhasilan. Entah itu keberhasilan orang lain atau cara-cara menuju kesana. Akan tetapi hampir tidak ada yang menulis tentang kegagalan, kekalahan, ketidakberhasilan, menjadi pecundang atau sejenisnya. Kegagalan, ketidak berhasilan, menjadi pecundang dan sejenisnya seakan akan menjadi sesuatu yang menakutkan dan harus disingkirkan dari pikiran dan kamus kita. Dan tanpa sadar kita telah menjadi salah satu pecundang. Mungkin saja kita berpikiran besar, mempunyai angan-angan yang tinggi, selalu mempunyai keinginan untuk sukses. Akan tetapi kita tidak pernah mempunyai tenaga untuk bisa mewujudkannya. Karena kita telah menjadi salah seorang pecundang. Sebenarnya dengan mengetahui kalau kita pecundang, mengetahui kegagalan, ketidak berhasilan atau kekurangan kita  bisa memperbaiki atau mempelajarinya. Bukankah untuk memenangkan sesuatu kita harus mengetahui kekuatan dan kekurangan kita?  Bagaimanakah sebenarnya ciri-ciri seorang pecundang atau orang yang gagal itu? Inilah beberapa ciri-ciri seorang pecundang atau orang yang gagal.

Yang selalu menyalahkan orang lain.
Seorang pecundang bila mengalami kegagalan akan selalu menyalahkan orang lain dan membenarkan diri sendiri. Seorang atlit yang kalah akan menyalahkan pelatihnya yang tidak memberi instruksi dengan baik atau wasitnya yang dianggap curang; Seseorang yang putus cinta akan menuduh pacarnya yang salah, menuduh pacarnya menyeleweng atau tidak setia, menuduh pacarnya matre ; atau dia tidak bisa menerima dirinya sebagai lesbian dan selalu mencari-cari alasan kenapa dia menjadi lesbian, ada yang mengatakan karena ibunya tidak sayang dia atau karena keluarganya tidak mendidik dia dengan benar atau karena keluarganya yang broken; dan lain sebagainya. padahal kegagalan atau menjadi lesbian bukanlah akhir dari segalanya.  Tetapi mereka tidak mencari penyebab kegagalan itu dan memperbaiki atau menerima kegagalan dan bangkit.

Yang Selalu menyalahkan keadaan.
Seorang pecundang akan selalu menyalahkan keadaan atas kegagalannya. Misalnya bila dia tidak berhasil dalam hidupnya karena dia terlahir miskin sehingga dia tidak bisa sesukses orang lain; Dia menjadi lesbian karena lingkungannya yang mempengaruhi; Dia putus sekolah karena suasana sekolahnya tidak menyenangkan; Dia tidak bekerja atau gagal dalam usaha karena keadaan yang tidak berpihak kepada dia. Dia tidak diterima bekerja karena dia lesbian. Padahal kalau dia mau berusaha pasti ada jalan, begitu banyak jalan menuju keberhasilan kita hanya perlu keberanian untuk menggapai keberhasilan. 

Yang selalu menunda sesuatu.
Seorang pecundang akan selalu menunda pekerjaan yang bisa dilakukan sekarang atau hari ini. Karena menganggap besok masih ada waktu dan hari ini tidak baik untuk bekerja. Misalnya dia menunda  melamar perkerjaan karena hari terlalu panas atau sedang hujan; dia malas melakukan pekerjaan karena merasa capai dan malas. dia selalu merasa kenapa harus buru-buru toh masih ada hari esok.

Yang selalu menunggu.
Seorang pecundang selalu menunggu kesempatan bukan mencari kesempatan atau peluang untuk maju. Misalnya dia menunggu seseorang untuk menawari pekerjaan bukan dia yang berusaha mencari atau melamar pekerjaan. Dia selalu menunggu orang lain untuk bertindak untuk dia. tidak mempunyai inisiatif untuk merubah dirinya menjadi lebih baik.

Yang selalu minta diperhatikan
Seorang pecundang akan selalu mencari perhatian atau minta diperhatikan dari orang-orang disekitarnya entah itu dengan tingkah lakunya yang over atau selalu merasa dirinya tidak sehat atau sakit, misalnya setiap hari dia selalu merasa tidak enak badan, hari ini sakit a besok sakit b padahal diperiksakan ke dokter tidak ada penyakitnya; Dia selalu minta diperhatikan pasangannya bila tidak dia akan merasa sakit secara fisik atau dia bertingkah laku aneh; selalu merasa haus akan kasih sayang.

Yang selalu minta dikasihani
Seorang pecundang akan selalu mengasihani diri sendiri atau merasa malang nasibnya dan selalu ingin dikasihani. Dia akan selalu menceritakan kemalangannya, kesedihannya sehingga orang akan merasa kasihan. Dia selalu mengasihani diri sendiri karena kegagalannya atau selalu bernasib malang. Dia merasa bahwa dirinya mempunyai banyak penyakit dan hidupnya tidak panjang atau berumur pendek. Dia akan selalu merasa tidak ada yang mencintai dan  merasa kesepian.

Yang tidak mempunyai semangat dalam hidupnya
Seorang pecundang akan selalu takut untuk menghadapi tantangan, tidak mempunyai semangat untuk memperjuangkan hidupnya. Dia akan selalu pasrah dengan keadaan dan menunggu nasib. Dia akan selalu menyalahkan nasib atas kegagalannya bukan memperjuangkannya. Dia menantap dunia dengan kacamata yang gelap sehingga kehidupannya selalu tersaput awan yang gelap. Dia tidak mempunyai semangat untuk berjuang, meskipun pacar diambil orang atau meninggalkan dia sekalipun, dia akan tetap diam dan pasrah, dia akan menganggap bahwa itu sudah nasib.

Menjadi orang yang gagal atau pecundang itu sangat mudah tetapi menjadi orang yang berhasil dan dapat bangkit dari kegagalan itu yang sulit. Kadang kita tidak menyadari bahwa kita itu pecundang, karena kita terlalu menikmati dan senang menjadi pecundang. Kita kadang takut akan perubahan dan selalu nyaman di tempat kita berada (comfort zone). Keberhasilan dan kegagalan semua berada ditangan kita. Apakah kita ingin berhasil atau ingin menjadi pecundang. Keberhasilan tidak datang begitu saja dan kita tetap akan menjadi pecundang kalau kita tidak menyadarinya dan tidak mengubahnya. Sekarang saatnya anda bertanya pada diri sendiri, am I a Loser? Apakah kita ingin tetap menjadi Pecundang? Mari kita mulai membangun diri untuk menjadi yang terbaik.  And never ever give up! Jangan pernah orientasi seksualmu, kamu jadikan alasan untuk menjadi pecundang. Because you can achieve everthing you want no matter who you are. Bangkitlah, teman-teman! You can do it!

You become a worrier by practicing worry. You can become free of worry by practicing the opposite and stronger habit of faith. With all the strength and perseverance you can command, start practicing faith.

0 comments:

Posting Komentar

 
Back to top!