Searching...
Minggu, 04 Januari 2015

7 Resiko Menikah Pura-Pura yang Harus Diketahui Lesbian

Sudah beberapa kali saya menerima konsultasi teman-teman L yang mau menikah pura-pura. Alasannya bermacam-macam, diantaranya karena didesak terus oleh orang tua dan ortu sudah curiga kalau mereka lesbian. Ada pula yang ingin membahagiakan orang tuanya dengan memenuhi permintaanya. Ada pula yang mengatakan ibunya sakit dan ingin dia segera menikah. Mereka minta dicarikan teman gay yang mempunyai kasus yang sama untuk menikah pura-pura. Atau pria yang mau diajak menikah pura-pura. Mereka beranggapan ini adalah jalan terbaik untuk menutupi kelesbiannya. Apakah benar itu solusi terbaik? Bukankah itu namanya mengatasi masalah dengan menambah masalah?

Mereka lupa bahwa menikah bukanlah sesuatu yang sederhana dan tidak bisa dibuat pura-pura. Menikah harusnya sebagai penyatuan cinta dua manusia bukan untuk permainan. Menikah itu menyatukan dua keluarga besar, dua budaya yang berbeda. Orang yang saling mencintai ketika menikah bisa terjadi keributan apalagi bila itu hanya untuk sandiwara. Sebenarnya ide untuk menikah pura-pura itu adalah ide yang paling konyol dan beresiko tinggi. Dibawah ini ada 7 resiko dan kemungkinan yang akan terjadi bila menikah pura-pura buat lesbian.

Pertama adalah mencari siapa yang mau diajak menikah pura-pura? Kalau mau mencari teman gay? Dimana? Apa ada yang mau? Apa betul dia gay? Karena sekarang ini banyak pria yang berpura-pura mengaku gay agar bisa menikah gratis dengan teman lesbian. Bagaimana kalau dia minta imbalan tertentu, apakah kamu dapat memenuhi?

Kedua, apakah dia bekerja atau tidak? Lalu siapa yang akan membiayai rumah tangga kalian? Bagaimana kalau dia tidak mau membiayai rumah tangga kalian dan hanya menjadi parasit buat kamu dan keluarga kamu?Dimana kalian akan tinggal? Di tempat kamu atau di rumah keluarga dia? Kalau di rumah keluarga dia tentu kamu tidak bisa bebas melakukan kegiatan yang kamu sukai. Kamu harus mengikuti aturan dan kebiasaan keluarga dia. Kamu juga harus membiasakan atau beradaptasi dengan keluarga dia, Orang tuanya, saudara-saudaranya.

Ketiga, kalau kamu belum punya rumah sendiri berarti kamu akan tingal bersama keluarga dan akan tidur satu kamar dengan suamimu. Kamu tidak mungkin tidur terpisah, apakah kamu siap tidur satu ranjang dengan laki-laki? Apakah kamu siap satu kamar dengan suamimu dengan segala kebiasaannya ketika tidur.

Keempat, Bagaimana kalau seandainya dia bukan gay atau biseksual dan menuntut untuk berhubungan sex? Karena kamu isteri yang sah maka dia bisa menuntut untuk berhubungan sex. Apakah kamu siap melakukan? Bagaimana kalau ternyata dia suka melakukan kekerasan? Kalau kamu mau melaporkan suamimu telah memperkosa kamu maka keluargamu akan marah dan tentu melarang kamu melaporkan dan menganggap itu kewajiban isteri melayani suami. Bayangkan kamu harus terus melayani suamimu untuk melakukan hubungan seks. Bagaimana kalau suamimu mengidap penyakit kelamin atau beresiko mengidap HIV/AIDS?

Kelima, berapa lama kamu mau menikah pura-pura? Setahun, dua tahun atau berapa lama? Apa yang akan kamu katakan kepada keluargamu kalau kamu mau cerai? Alasan apa yang akan kamu katakan? Masa baru menikah sudah minta cerai? Bagaimana perasaan GF kamu kalau kamu menikah dengan pria meskipun itu hanya pura-pura.

Keenam, kalau kamu tidak mau bercerai, pertanyaan lain yang akan muncul adalah kapan punya anak? Bagaimana kalau keluarga mendesak agar kamu segera punya anak? Meminta kamu memeriksakan diri ke dokter apakah kandunganmu baik-baik saja. Dan bagaimana kalau suami kamu ingin punya anak? Apakah kamu sudah siap?  Mungkin kamu berpikiran untuk punya anak lalu cerai, pertanyaannya bagaimana kalau suamimu menginginkan anaknya dan tidak mau bercerai? Apakah kamu punya sumber daya yang cukup untuk membesarkan anak sendiri? Bagaimana kalau keluargamu melarang kamu cerai?

Ketujuh, Setelah menikah tentu kamu tidak lagi leluasa menemui kekasihmu karena akan lebih banyak mata yang mengawasi. Keluarga kamu, suami kamu dan keluarganya dan juga teman-teman suami kamu. Kekasihmu belum tentu mau terus menjalin hubungan kalau kamu menikah dengan pria. Kalau setelah menikah dan kamu cerai, keluarga kamu tentu akan memaksa kamu kembali menikah dengan pria lain. belum lagi stigma yang harus kamu tanggung karena perceraian itu. Kamu yang tentu akan disalahkan karena perceraian itu.


Jadi sebaiknya tidak memberikan harapan palsu ke orang tua atau mengatakan bahwa kamu punya pacar laki-laki. Sebaiknya sebelum usia menikah mulai memikirkan langkah dan menyiapkan diri dari segala kemungkinan. Usahakan menanamkan pemikiran ke orang tua, bahwa sekolah itu penting dan kamu ingin sekolah, lalu bekerja, bukan menikah. Persiapkan dirimu bila terjadi pemaksaan atau kekerasan di dalam keluarga. Mulailah menabung bila kamu harus lari sementara dari rumah, kamu mempunyai uang untuk hidup.   

11 comments:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Saya seorang gay..
    Saya sudah bekerja dan siap utk menafkahi.
    Saya berdomisili di OKU Timur, Sumsel.
    Mudah2n ada yg sungguh2 berminat untuk menikah dg saya,utk saling melengkapi kekurangan masing2..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas saya lesbian femme mencari gay buat nikah status. Saya d jkt. Apkh bs krja sama dan brsahabat

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  3. Saya seorang lines, penuh dipikran saya bahwa pernikahan bukan pilihan saya.
    pernikahan suatu ikatan yang bukan permainan, saya lines dan itu pilihan saya.
    Saya menikah hanya untuk orang yang saya cintai, dan saya tidak bisa memaksa keluarga saya menerima pernikahan saya dengan seseorang yang saya ingin.
    Maka saya memilih untuk sendiri, menajaga keluarga saya.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Bukankah pernikahan laki2 Heteroseksual dgn perempuan Lesbi jg termsk pernikahan pura2 ? Knp pura2 ? Krn dari pihak cewe gak jujur perihal orientasi seksualnya. Bgmn dari sisi pihak cowo ? Apakah jika si cewe jujur, si cowo mau menerima apa adanya ? Ataukan justru malah menceraikan ?

    BalasHapus
  6. Saya pria gay tinggal di jakarta. Mencari lesbi untuk status pernikahan. Silakan menghubungi saya di kougananki01@gmail.com untuk komunikasi lebih lanjut.

    BalasHapus
  7. Hai, saya wanita yang sudah menjalani therapy sulih hormon. Sehingga tubuh saya menjadi lebih maskulin, walau secara biologis saya tetap wanita. Saya mencari pria yang bisa membimbing saya, untuk hubungan yang serius (menikah bila berjodoh dan cocok), kriteria seiman, baik dan bisa trima keadaan saya yang sudah saya jelaskan tadi. Kalau bisa bukan gay. Bila ada yang mau kenal lebih jauh bisa hubungi saya via BBM di DB414829 terima kasih :)

    BalasHapus

 
Back to top!