Searching...
Minggu, 13 November 2011

I slept with a girl


Baru baru ini saya bertemu dengan seorang teman  di sebuah acara. Ketika bertemu, dia sedang bersama-sama dengan teman lesbian lainnya. Lalu seorang teman bertanya pada saya “Ji, menurut kamu dia lesbian atau bukan? Ketika melihat dia, gaydar saya mengatakan dia lesbian tapi saya selalu tidak ingin memutuskan seseorang itu lesbian atau bukan, karena orang itu sendiri yang bisa memutuskan dia lesbian atau bukan. Kulihat wajahnya, dia kelihatan penasaran dan ingin tahu jawabanku. Saya hanya tersenyum dan mengatakan lesbian itu khan pilihan, jadi hanya dia yang bisa mutuskan lesbian atau bukan. Ternyata semalam ketika sedang bersama teman teman L, dia mengaku bukan lesbian. Saya paling tidak suka memaksa seseorang untuk mengaku dia lesbian atau bukan. Karena menurut saya itu adalah hak pribadi masing masing dan dibutuhkan kesiapan mental untuk mengaku diri sebagai lesbian kepada orang lain. Akhirnya ketika hanya bertiga dengan seorang teman lainnya dan kita berdiskusi mengenai gender, seks dan menjadi lesbian. Setelah diskusi panjang dan lebar, teman ini mengaku kalau dia pernah melakukan hubungan seks dengan sahabat perempuannya beberapa tahun yang lalu. Dan dia merasa tidak ingin menjadi lesbian karena keyakinan dan keinginannya. Saya menghargai pilihannya dan tidak ingin memaksa dia untuk menjadi lesbian. Sedangkan temannya yang satu lagi, mengatakan dia tidak pernah berciuman baik dengan cewek ataupun cowok, dia tidak tahu mana yang lebih diinginkan? Ciuman dengan cewek atau dengan cowok.


Lalu ada cerita lagi, seorang teman yang pernah berciuman dengan seorang perempuan dan dia mengatakan kalau menikmati ciuman itu tetapi dia tidak pernah berpacaran dengan cewek itu atau dengan cewek lainnya dan dia menikah dengan pacar cowoknya. Ada juga seorang teman yang pernah berpacaran dengan pria dan bercinta tapi pada akhirnya dia jatuh cinta dan memilih menjadi lesbian. Lalu apakah dia disebut lesbian atau biseksual? Ada juga seorang teman yang pernah menikah dan mempunyai anak lalu memilih menjalin hubungan dengan perempuan tetapi tidak pernah menyebut dirinya lesbian. Ketika ditanya orang apakah dia lesbian? Dia selalu menjawab pasangan saya yang lesbian. Ada juga seorang teman yang menyebut dirinya lesbian house wife, dia merasa dirinya lesbian tetapi karena keadaan dia harus menikah dengan seorang laki laki dan dia masih melakukan hubungan seks dengan pacar perempuannya. Sekarang juga dikenal dengan istilah WSW atau women sex with women tetapi tidak mengatakan dirinya lesbian.  Jadi apakah WSW ini lesbian atau straight?


Mau lesbian, straight, biseksual, lesbian house wife, WSW atau apa saja istilahnya, sebenarnya sex itu cair yang bisa mengalir kemana saja. Seperti dalam film The L World, Max yang transmen jatuh cinta dengan Gay sampai hamil. Mungkin teman teman akan bilang itu khan di film. Saya mempunyai teman FTM (Female to Male) yang berpacaran dengan MTF (Male to Female) dan hubungannya baik baik saja. Ada juga teman saya transeksual perempuan yang jatuh cinta dan berpacaran dengan lesbian dan menyebut dirinya lesbian. Bahkan di Indonesia sendiri banyak teman teman waria yang mempunyai pacar Butchi. Lalu dimasukan dalam label apa hubungan mereka itu? lesbian, straight, bisexual atau apa?
Kita seringkali memasukkan diri kita kedalam kotak kotak atau label, yang membatasi ruang lingkupnya. Seperti kalau butchi harus dengan femme, butchi tidak boleh dengan butchi atau femme dengan femme. Padahal dalam berhubungan sex atau berelasi dengan seseorang juga menyangkut perasaan dan hasrat seseorang. Ini mungkin juga karena dipengaruhi oleh budaya, agama yang dogmatis, kebiasaan dan pengetahuan tentang gender dan seksualitas. Orang jadi sering takut mengekpresikan seksualitasnya atau takut mengekspolerenya. Bahkan jaman dulu banyak wanita yang tidak tahu bagaimana rasanya orgasme meskipun sudah menikah puluhan tahun. Tidak hanya itu ada beberapa teman Butch yang mengaku tidak pernah merasakan orgasme ketika bercinta dengan pasangannya. Karena dia tidak ingin mengeksplore tubuhnya untuk merasakan sentuhan rangsangan. Tetapi ada juga yang mengatakan ingin mulai merasakan dan membiarkan tubuhnya untuk merasakan.  


Tidak semua orang bisa merasakan seksualnya, tubuhnya, perasaannya, identitasnya, orientasinya, ini semua dikarenakan kita memasang halangan dalam pikiran kita atau tidak berani bebas merasakan. Dan keputusan seseorang untuk menjadi lesbian atau tidak dipengaruhi banyak hal mulai dari keyakinan, keluarga, pekerjaan, uang, politik, Negara, pengalaman dan perasaan juga.   Jadi bagaimana kalau kita lebih bijaksana melihat dan meyikapi orientasi orang lain, identitas orang lain, pilihan orang lain. Kita tidak perlu memaksa orang lain untuk coming out atau meminta orang lain mengaku kalau dia L, atau mengatakan serakah kepada teman biseksual karena mau dengan perempuan dan laki laki. Atau mengolok olok teman butch yang pacaran dengan butch  dengan jeruk makan jeruk. Mari kita menghargai pilihan orang lain apapun pilihannya karena dia yang menjalani dan kita tidak punya hak untuk menghakimi atau mengatur hidup orang lain


Segala sesuatu tidak ada yang abadi dan selalu berubah. Kalau dulu orang takut mengatakan dirinya lesbian atau gay. Sekarang kamu bisa lihat di facebook bagaimana orang sudah berani menyatakan cintanya, mengeksplore orientasinya, identitas gendernya dengan terang terangan. Bagaimana teman teman L berani memasang fotonya untuk mencari pasangan atau teman kencan. Dan bukan sesuatu yang aneh lagi kalau tiba tiba seorang perempuan straight lalu memilih jadi lesbian. Mungkin suatu saat kita akan mendengar seorang gadis yang datang ke kampus dan mengatakan kepada teman temannya I slept with a girl last night. Who knows?. So, let’s open mind dan tidak menjadi hakim dadakan… 

1 comments:

 
Back to top!