Searching...
Minggu, 22 April 2012

Lesbian dalam Sanubari Srikandi


Saya merasa beruntung karena bisa menonton dua film LGBTI Indonesia hanya selang sehari, Sanubari Jakarata dan Children of Srikandi. Dan yang menyenangkan lagi saya menontonnya bersama teman teman aktifis LGBTIQ. Dengan segala celoteh dan komentar teman teman ketika menonton bersama semakin membuat seru acara menonton. Film Sanubari Jakarta yang menampilkan 10 cerita LGBTI dan Children of Srikandi menampilkan 8 cerita film lesbian. Film Sanubari Jakarta adalah film LGBTI Indonesia pertama yang diputar di bioskop 21 dan dengan masa tayang yang cukup panjang. Selain itu resensinya dimuat diberbagai koran di Indonesia dengan nada yang positif. Bahkan Kompas memberikan space setengah halaman untuk resenseinya di hari minggu.

Film Sanubari cukup bagus untuk film yang bercerita tentang gay atau trans tetapi tidak untuk cerita lesbiannya. Terlihat kalau yang membuat kurang memahami tentang dunia lesbian atau kurang survey dunia lesbian. Ini terlihat dalam cerita yang berjudul pembalut. Dimana terlihat sang butchi yang menggunakan BH berbusa dan kawat penyanggah, yang rasanya nggak mungkin digunakan seorang butchi. Dalam adegan juga sang Butchie menyebutkan bahwa semua yang tidak berjenis seperti dia adalah bajingan atau  dia menyebutkan laki laki sebagai bajingan. Ini akan membuat orang berpikir bahwa lesbian memang membenci laki laki. Apalagi diakhir cerita yang dia didatangi mantan pacarnya sehingga membuat kesan memang butchi suka memainkan perempuan. Semua cerita lesbian di film Sanubari Jakarta kurang memberikan kesan yang mendalam atau positif. Semua digambarkan menikah atau harus menikah seakan akan itu sudah kodrat perempuan. Sebetulnya cerita lumba lumba cukup bagus kalau endingnya tidak seperti itu. Dimana suaminya datang dan mereka makan malam bersama dengan kaku dan suaminya akhirnya meninggalkan mereka untuk berkencan dengan pacar gay nya. Seandainya dibuat dari awal mereka tahu atau sepakat menikah dan tetap memilih pasangan masing-masing mungkin lebih enak. Begitu juga dengan film terhubung yang kurang jelas maksudnya apa? Selain protes yang tidak tersalurkan dengan keadaannya yang harus menikah dan menjadi apa yang dimaui suaminya tanpa berani melakukan sesuatu. Begitu juga film dengan judul A yang mengisahkan transeksual female to Male yang sayang sekali diperankan oleh laki laki yang masih terlihat jakunnya dan kurang tajam alur ceritanya. Film favorit saya di snubari adalah I/2, malam ini aku cantik, meskipun teman waria mengatakan akan memberikan kesan negative buat teman teman waria. Cerita Kotak Cokelat mengakhiri atau menutup film Sanubari Jakarta dengan manis dan tak terlupakan.

Film Children of Srikandi berbeda dengan Sanubari Jakarta, di film ini hanya bercerita tentang kehidupan lesbian saja. Ceritanya ada beberapa yang bagus dan positif dibandingkan cerita Lesbian di Sanubari Jakarta. Meskipun ada kekurangannya dalam hal editing dan suara yang membuat kita kadang kurang menangkap percakapan didalam film tersebut. Serta pergantian antara satu film dengan film lain yang kadang mengkagetkan atau membingungkan penonton. Hal ini bisa dimaklumi karena dibuat secara sederhana, dan bukan dengan kamera besar sehingga mempengaruhi hasilnya. Para pembuatnya belum pernah membuat film atau menulis script dengan baik.  Secara garis besar ide ceritanya cukup bagus, Apakah karena filmnya dibuat oleh teman teman lesbian sehingga lebih memahami kehidupan lesbian yang sebenarnya. Di dalam Children of Srikandi digambarkan bagaimana teman teman Lesbian menumukan identitas dirinya sebagai Lesbian dan pergulatan pencarian identitas dirinya. Ada salah satu film dilihatkan bagaimana perjuangan seorang teman yang dari hidup dijalanan sampai akhirnya bisa kuliah di fakultas hukum meskipun dia sudah menghadapi banyak cobaan tetapi dia tetap bisa bangkit dan berhasil. Ini sungguh bisa dijadikan contoh buat teman teman Lesbian lain. Mungkin ke depan bisa dibuat lebih terencana dan matang sehingga bisa menjadi film documenter buat LBTI Indonesia. Dan dimunculkan cerita cerita atau konflik yang dialami LBTI tentang coming out, tentang pergulatan Lesbian dan agama yang banyak dialami oleh teman teman Lesbian.

Sebagai penggemar film saya mengapresiasi Kresna foundation dan Ardhanary Institute yang telah memproduksi film Sanubari Jakarta. Dengan film ini kita bisa memberikan atau menunjukan ke masyarakat bahwa LGBTI itu ada diantara kita dan di sekitar kita. Kita tidak bisa menuntup mata dan berpura pura bahwa LGBTI di Indonesia itu tidak ada dan tidak mengakui keberedaannya.  Ini salah satu cara public awareness tentang dunia LGBTI agar mereka lebih mengenal dan tahu dunia LGBTI. Saya juga memberikan standing applause buat teman teman yang telah membuat film Children of Srikandi. Semoga film ini dapat disebarluaskan ke public umum tidak hanya terbatas pada teman teman atau organisasi LGBTI. Sehingga mereka bisa mengetahui dan juga belajar dari film ini.  Saya juga berharap semakin banyak film film LGBTI yang psoitif yang bisa memberikan wawasan dan mengubah cara pandang masyrakat terhadap LGBTI di Indonesia. Saya juga berharap semakin banyak film film independen tentang LGBTI yang positif dan memberikan wawasan buat masyarakat. 


1 comments:

  1. children of srikandi bagus... saya lihat trilernya dan merasa tertarik untuk menonton, bravo film indonesia.. buat teman-teman lesbian, teruslah berkarya.. :D

    BalasHapus

 
Back to top!