Saya
merasa beruntung karena bisa menonton dua film LGBTI Indonesia hanya selang
sehari, Sanubari Jakarata dan Children of Srikandi. Dan yang menyenangkan lagi saya
menontonnya bersama teman teman aktifis LGBTIQ. Dengan segala celoteh dan
komentar teman teman ketika menonton bersama semakin membuat seru acara
menonton. Film Sanubari Jakarta yang menampilkan 10 cerita LGBTI dan Children
of Srikandi menampilkan 8 cerita film lesbian. Film Sanubari Jakarta adalah
film LGBTI Indonesia pertama yang diputar di bioskop 21 dan dengan masa tayang
yang cukup panjang. Selain itu resensinya dimuat diberbagai koran di Indonesia
dengan nada yang positif. Bahkan Kompas memberikan space setengah halaman untuk
resenseinya di hari minggu.
Film
Sanubari cukup bagus untuk film yang bercerita tentang gay atau trans tetapi
tidak untuk cerita lesbiannya. Terlihat kalau yang membuat kurang memahami
tentang dunia lesbian atau kurang survey dunia lesbian. Ini terlihat dalam
cerita yang berjudul pembalut. Dimana terlihat sang butchi yang menggunakan BH
berbusa dan kawat penyanggah, yang rasanya nggak mungkin digunakan seorang
butchi. Dalam adegan juga sang Butchie menyebutkan bahwa semua yang tidak
berjenis seperti dia adalah bajingan atau dia menyebutkan laki laki sebagai bajingan. Ini
akan membuat orang berpikir bahwa lesbian memang membenci laki laki. Apalagi
diakhir cerita yang dia didatangi mantan pacarnya sehingga membuat kesan memang
butchi suka memainkan perempuan. Semua cerita lesbian di film Sanubari Jakarta
kurang memberikan kesan yang mendalam atau positif. Semua digambarkan menikah
atau harus menikah seakan akan itu sudah kodrat perempuan. Sebetulnya cerita
lumba lumba cukup bagus kalau endingnya tidak seperti itu. Dimana suaminya
datang dan mereka makan malam bersama dengan kaku dan suaminya akhirnya
meninggalkan mereka untuk berkencan dengan pacar gay nya. Seandainya dibuat
dari awal mereka tahu atau sepakat menikah dan tetap memilih pasangan
masing-masing mungkin lebih enak. Begitu juga dengan film terhubung yang kurang
jelas maksudnya apa? Selain protes yang tidak tersalurkan dengan keadaannya
yang harus menikah dan menjadi apa yang dimaui suaminya tanpa berani melakukan
sesuatu. Begitu juga film dengan judul A yang mengisahkan transeksual female to
Male yang sayang sekali diperankan oleh laki laki yang masih terlihat jakunnya
dan kurang tajam alur ceritanya. Film favorit saya di snubari adalah I/2, malam
ini aku cantik, meskipun teman waria mengatakan akan memberikan kesan negative buat
teman teman waria. Cerita Kotak Cokelat mengakhiri atau menutup film Sanubari Jakarta dengan manis dan tak terlupakan.
Film
Children of Srikandi berbeda dengan Sanubari Jakarta, di film ini hanya
bercerita tentang kehidupan lesbian saja. Ceritanya ada beberapa yang bagus dan
positif dibandingkan cerita Lesbian di Sanubari Jakarta. Meskipun ada
kekurangannya dalam hal editing dan suara yang membuat kita kadang kurang
menangkap percakapan didalam film tersebut. Serta pergantian antara satu film
dengan film lain yang kadang mengkagetkan atau membingungkan penonton. Hal ini
bisa dimaklumi karena dibuat secara sederhana, dan bukan dengan
kamera besar sehingga mempengaruhi hasilnya. Para pembuatnya belum pernah
membuat film atau menulis script dengan baik. Secara garis besar ide ceritanya cukup bagus, Apakah
karena filmnya dibuat oleh teman teman lesbian sehingga lebih memahami
kehidupan lesbian yang sebenarnya. Di dalam Children of Srikandi digambarkan
bagaimana teman teman Lesbian menumukan identitas dirinya sebagai Lesbian dan
pergulatan pencarian identitas dirinya. Ada salah satu film dilihatkan
bagaimana perjuangan seorang teman yang dari hidup dijalanan sampai akhirnya
bisa kuliah di fakultas hukum meskipun dia sudah menghadapi banyak cobaan
tetapi dia tetap bisa bangkit dan berhasil. Ini sungguh bisa dijadikan contoh
buat teman teman Lesbian lain. Mungkin ke depan bisa dibuat lebih terencana dan
matang sehingga bisa menjadi film documenter buat LBTI Indonesia. Dan dimunculkan
cerita cerita atau konflik yang dialami LBTI tentang coming out, tentang pergulatan
Lesbian dan agama yang banyak dialami oleh teman teman Lesbian.
Sebagai penggemar film saya mengapresiasi Kresna foundation dan Ardhanary Institute yang telah
memproduksi film Sanubari Jakarta. Dengan film ini kita bisa memberikan atau
menunjukan ke masyarakat bahwa LGBTI itu ada diantara kita dan di sekitar kita.
Kita tidak bisa menuntup mata dan berpura pura bahwa LGBTI di Indonesia itu
tidak ada dan tidak mengakui keberedaannya. Ini salah satu cara public awareness tentang
dunia LGBTI agar mereka lebih mengenal dan tahu dunia LGBTI. Saya juga
memberikan standing applause buat teman teman yang telah membuat film Children
of Srikandi. Semoga film ini dapat disebarluaskan ke public umum tidak hanya
terbatas pada teman teman atau organisasi LGBTI. Sehingga mereka bisa
mengetahui dan juga belajar dari film ini. Saya juga berharap semakin banyak film film
LGBTI yang psoitif yang bisa memberikan wawasan dan mengubah cara pandang
masyrakat terhadap LGBTI di Indonesia. Saya juga berharap semakin banyak film
film independen tentang LGBTI yang positif dan memberikan wawasan buat
masyarakat.
children of srikandi bagus... saya lihat trilernya dan merasa tertarik untuk menonton, bravo film indonesia.. buat teman-teman lesbian, teruslah berkarya.. :D
BalasHapus