Ada teman
dari komunitas yang curhat kalau dia pelaku kekerasan terhadap pasangannya,
padahal dia seorang aktifis. Dia menagkui kalau dia malu dengan apa yang
dilakukan dan ingin berubaha tetapi setiap kali bertengkar dia selalu lepas
kontrol, apalagi kalau pasangannya yang juga aktifis mulai nantangin dia untuk
mukul. Adalagi teman yang juga suka melakukan kekerasan terhadap pasangannya
dan setelah melakukan dia selalu menangis dan menyesal, tetapi terus berulang
dan dilakukan lagi. Dia sendiri merasa kasihan dengan pasangannya yang sampai
biru wajahnya dan sekarang ini dia jadi takut untuk berelasi karena takut akan
melakukan kekerasan lagi.
Kekerasan
adalah kekerasan, kita tidak boleh mencari alasan untuk membenarkan tindakan
itu. seringkali kita menjadi pelaku dan tidak menyadari bahwa yang kita lakukan
itu salah karena kita selalu mencari alasan pembenaran kenapa kita melakukan
itu. begitu juga dengan korban kekerasan yang selalu memaafkan pelaku dan mencarikan
alasan kenapa dia melakukan itu. Korban seringkali mempunyai kecenderungan
bahwa pelaku melakukan itu karena dia yang salah dan menjadi penyebab. Banyak
sekali tulisan yang menulis tentang kekerasan dalam berelasi. Tetapi apakah
sebenarnya pelaku bisa sembuh atau berhenti untuk melakukan kekerasan? Apakah
kamu pelaku kekerasan? Atau mempunyai kecenderungan untuk menjadi pelaku?
Temukan tanda-tanda atau gejalanya dan mulai belajar untuk mengendalikan
dirimu, emosimu.
Perlu kerja
keras dan kemauan yang kuat untuk bisa berhenti menjadi pelaku kekerasan.
Apalagi kalau sudah sering melakukan dan menjadi kebiasaan atau reflek, setiap
kali terjadi pertengkaran selalu langsung main tangan. Kamu harus menyadari
bahwa apa yang kamu lakukan itu adalah salah, bahwa kamu bertanggung jawab
dengan apa yang kamu lakukan dan kamu benar-benar ingin berubah. Bahwa apa yang
kamu lakukan bukan kesalahan orang lain dan apa yang mereka lakukan.
Pertama : coba ingat kapan pertama kali kamu melakukan
kekerasan terhadap pasangan? Apa yang memicu kamu untuk melakukan itu? coba
ingat apakah kamu memang suka melakukan kekerasan sejak kecil? misalnya suka
menyiksa binatang? suka memukul teman sepermainan? Atau kamu pernah menjadi
korban kekerasan waktu kecil? atau kamu sering menyaksikan ayah kamu melakukan
kekerasan terhadap ibumu atau kamu sendiri? Apakah kamu seorang yang rendah
diri, suka menarik diri? Apakah kamu mempunyai gangguan psikologis? Kalau kamu
pernah mengalami semua itu diatas, mungkin ada baiknya kamu segera mencari
pertolongan professional dan mengikuti terapi. Kalau kamu tidak pernah
mengalami itu semua, kamu masih punya harapan untuk sembuh dan melanjutakan
membaca artikel ini.
Kedua : Kenali gejalanya. Biasanya kekerasan selalu
didahului dengan pertengkaran secara verbal. Atau kamu mulai marah akan
sesuatu, entah itu karena cemburu, merasa diabaikan pasangan, tidak suka dengan
sikap pasangan, atau kekesalan lainnya yang membuat kamu jadi marah dan ingin
melakukan kekerasan. Kekerasan bisa secara langsung dan tidak langsung. Tidak
langsung misalnya kamu mulai membentak, memaki dan mengeluarkan segala umpatan,
menyamakan dengan semua penghuni kebun binatang, lalu kamu mulai membanting HP pasangan, membanting
gelas, piring, asbak, pintu atau lainnya. Sebagai pasangan juga perlu mengenali
gejala-gejala ini dan membicarkan bila keadaan sudah dingin atau tenang. Mulai
sama-sama mencari solusi bersama-sama dan buat kesepakatan.
Ketiga : Bila kamu sudah mengenali gejalanya dan
tahu. Bila keadaan ini muncul, segera berhenti atau break pattern. Kamu atau
pasangan bisa melakukan pengalihan, misalnya : kamu ke kamar mandi siram tubuh
dan kepalamu dengan air dingin, minum air es. Atau beritahu pasangan atau minta
pasanganmu bila dalam keadaan tenang untuk meninggalkan kamu bila sedang marah.
Bisa mengunci kamu dalam kamar atau mengunci dirinya dalam kamar atau keluar
rumah. Ingat pikiran itu kadang bisa jadi sangat penuh tipu muslihat yang
bermaksud melindungi diri sendiri. Jadi kamu harus mempunyai kemauan dan
kekuatan untuk mengendalikan. Tetap waras dan sadar meskipun sedang marah
sekalipun.
Keempat : sama-sama mengevaluasi perilaku pasangan
yang melakukan kekerasan, bila dia bisa mengendalikan diri beri dia penghargaan
atau kamu harus memberi penghargaan pada diri sendiri kalau kamu bisa
mengendalikan emosimu. Atau bisa memberikan dia sanksi atau denda bila dia
melakukan kekerasan, kesepakatan ini dilakukan bersama demi membantu pelaku
kekerasan. Pelaku harus menerima konsekuensi dan belajar berhenti menyalahkan
orang lain atas apa yang dia lakukan. Harus mempunyai komitmen yang kuat untuk
berubah dan terus belajar mengendalikan emosi.
Kelima : sama-sama belajar menghargai pasangan, tidak
saling menghina, merendahkan atau menyalahkan satu sama lain, atau merasa
paling berjasa, paling baik, paling benar atas pasangan. Meningkatkan
komunikasi yang sehat tidak saling menyalahkan bila sedang ada masalah tetapi
bersama-sama mencari jalan keluar atas masalah tersebut. Harus sama-sama
sepakat bahwa relasi mereka itu setara tidak ada yang lebih kuat atau lebih
lemah, tidak ada menang atau kalah, atau
siapa yang berkuasa satu sama lain. sama-sama menghargai masa lalu
masing-masing dan sama-sama punya keiginan untuk lebih baik dimasa depan.
Keenam : sama-sama belajar menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam berelasi, selalu berpikiran positif dan mempunyai kemauan
untuk terus meningkatkan hubungan. Berani mengakui kesalahan dan belajar dari
kesalahan. Tidak mengedepankan emosi bila terjadi kesalahpahaman tetapi mencoba
mengkomunikasikan bila ada yang tidak berkenan. Tidak memaksakan kehendak
terhadap pasangan, menghargai pendapat dan keinginan pasangan. Bila ada
ketidakcocokan sama-sama mencari solusi terbaik.
Kalau kamu
yakin dan tahu bahwa kamu bukan penderita gangguan psikologis yang menyebabkan
kamu melakukakn kekerasan dan mempunyai kemauan yang keras untuk berubah maka
kamu masih mempunyai harapan menjadi manusia yang lebih baik dan berhenti
menjadi pelaku kekerasan. Perlu diingat bahwa menjalin relasi dengan orang lain
adalah sebuah kesepakatan antara dua orang. Pasanganmu itu bukan benda atau
barang yang bisa dihancurkan tanpa merasakan. Pasangan itu untuk dicintai bukan
disakit atau dipukuli. So, Stop to Violence!
0 comments:
Posting Komentar