Saya
seringkali ditanya teman L dimana bisa menikah untuk pasangan L dan bagaimana
caranya? Banyak sekali teman-teman L yang ingin menikah. Saya sendiri tidak
tahu apakah menikah secara legal atau Cuma sekedar menikah secara serimoniial
saja. pernah seorang teman yang datang kepada saya, dengan berseri seri bersama
pasangannya mengatakan kepada saya. “Kami baru menikah Djie!” Aku langsung
memberinya selamat. “Selamat ya, dimana menikahnya?” Diapun dengan bangga
mengatakan kalau habis menikah sendiri, berjanji setia di Gereja. Adalagi
seorang teman yang minta dinikahkan bersama pasangannya di sebuah organisasi
LGBT. Pernikahan diadakan dengan meriah mengundang semua teman komunitas, ada
saksinya. Mereka juga membuka rekening bersama dan menandatangi surat janji
nikah. Tetapi tidak sampai satu tahun hubungan mereka bubar begitu saja. dan
tentu saja diikuti dengan drama yang mengalahkan sinetron Indonesia.
Ada
teman lain perempuan hetero yang juga ingin menikah ketika saya tanya mengapa
ingin menikah? Katanya untuk melaksanakan tugas seorang anak memenuhi keiginan
orang tua. Tetapi ada juga yang ingin menikah karena dia ingin mempunyai anak.
Lalu saya mengatakan, “lho kalau mau punya anak khan nggak harus
menikah”Kataku. “Apa kata orang kalau punya anak tanpa menikah!”Jawabnya. lain
lagi temanku seorang cowok hetero yang juga ingin menikah. Aku juga menanyakan
hal yang sama. “Kenapa kamu ingin menikah? Lalu jawabnya, “Khan enak Djie kalau
punya isteri ada yang melayani makan, cuci baju dan lain-lain” lalu aku jawab
“Kenapa nggak cari pembantu aja?” lalu
teman saya itu marah dan membuat saya lebih marah lagi. “Kamu mau cari isteri atau
cari pembantu sudah begitu masih harus melayani seks kamu!” Tetapi ada juga teman cowok hetero yang mengatakan menikah
adalah kewajiban yang sudah ditentukan oleh agama. Ada pula teman perempuan
yang ingin menikah supaya ada yang menghidupinya. Ada juga teman saya
perempuan, yang ingin mencari suami kaya agar hidupnya terjamin. Tetapi sampai
sekarang dia belum menikah dan kabar terakhir yang saya dengar dia menjadi
isteri simpanan seorang pengusaha kaya. Itu semua dari persepsi hetero
Ketika
saya tanya kepada teman L kenapa mereka ingin menikah, jawabannya lebih tidak
realistis lagi. Ada seorang teman yang mengatakan ingin menikah dengan
pasangannya karena ingin melindungi. Ketika saya tanya kembali melindungi
seperti apa? Melindungi dari keluarga pasangannya yang ingin menikahkan
pasangannya dengan pria pilihan keluarga. Ada pula yang mengatakan ingin
menikah agar bisa selalu bersama dengan pasangannya. Ada yang bilang agar
mereka tidak terpisahkan dengan pasangannya. Memang rata-rata yang ingin
menikah adalah pasangan yang masih muda dan baru merasakan senangnya
berpasangan. Ada yang beranggapan bisa menikah di Bali karena pernah mendengar
seorang teman menikah di Bali. Ada yang sudah menyiapkan uang puluhan juta
untuk bisa menikah dengan pasangannya. Ada yang sampai memalsukan identitasnya
menjadi laki-laki agar dapat menikah dengan pasangannya. Yang akhirnya harus
berakhir di penjara karena dianggap penipuan identitas.
Saya
pernah tanya teman L yang orang swedia. Kenapa dia menikahi pasangannya. Dia
mengatakan supaya ada perlindungan terhadap pasangannya, juga menyangkut soal
asuransi, kesehatan, warisan dan juga soal memiliki anak. Sedangkan teman gay
yang juga menikah secara legal mengatakan, sejak menikah dia jadi tidak gampang
memutuskan pasangannya ketika bertengkar. Ada yang bertanya kepada saya, “Djie,
kamu khan sering ke luar negeri kenapa kamu nggak menikah aja disana?” Aku
hanya menjawab “Nanti kalau di Indonesia bisa menikah biarpun sudah tua, aku
akan tetap menikah dengan pasanganku” Adalagi teman gay di Belanda yang telah
menikah secara resmi dengan pasangan selama 25 tahun tiba-tiba memutuskan bercerai
dan dia harus menghabiskan uang banyak dan harus membeli rumah baru. Tapi itu
tidak menyurutkan dia untuk tetap menikah kembali dengan pasangan barunya di
Argentina.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia nikah adalah ikatan (akad) perkawinan yg dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Jadi
sudah jelas bahwa menikah di Indonesia harus sesuai dengan ajaran agama dan
hukum. Dan hukum Indonesia masih belum bisa melegalkan atau mensahkan
pernikahan sejenis. Setiap orang mempunyai nilai yang berbeda-beda tentang
makna sebuah pernikahan. Saya teringat seorang guru Yoga dari India yang
mengatakan bahwa pernikahan itu adalah penyatuan Soul dari dua orang yang
saling mencintai dan itu lebih penting daripada sepucuk kertas yang bisa usang.
Ada yang memaknai Pernikahan sebagai sebuah perjalanan dua orang yang saling
mencintai baik dalam suka maupun duka, yang terus saling belajar mengenai
pasangannya, Saling mengisi dan mendukung satu sama lain.
Jadi apa
makna pernikahan buat diri kamu sendiri? Sebelum kamu mengatakan Will you to marry me? Kepada pasanagnmu
sebaiknya kamu tanya kepada diri sendiri, apa sih arti pernikahan buat aku? Apakah aku sudah siap menjalani hidup bersama
dia? Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, karena di dunia ini tidak ada
pasangan yang sempurna, yang ada adalah bagaimana kita menerima dia apa adanya
tanpa mempunyai keinginan merubah dia menjadi seperti yang kita inginkan.
PERKAWINAN – Khalil Gibran
Kemudian Almitra
melanjutkan pertanyaan:
Guru, bagaimanakah soal perkawinan?
Lalu Sang Guru memberi jawaban:
Berpasangan engkau telah diciptakan,
Dan selamanya engkau akan berpasangan.
Bersamalah dikau tatkala Sang Maut merenggut umurmu,
Ya, bahkan bersama pula kalian, dalam ingatan sunyi Tuhan.
Namun biarkan ada ruang antara kebersamaanmu itu,
Tempat angin surga menari-nari di antaramu.
Berkasih-kasihanlah, namun jangan membelenggu cinta,
Biarkan cinta itu bergerak senantiasa, bagaikan air hidup,
Yang lincah mengalir antara pantai kedua jiwa.
Saling isi lah piala minumanmu, tapi jangan minum dari satu piala,
Saling bagilah rotimu, tapi jangan makan dari pinggan yang sama.
Bernyanyi dan menarilah bersama, dalam segala suka cita,
Hanya biarkanlah masing-masing menghayati ketunggalannya.
Tali rebana masing-masing punya hidup sendiri,
Walau lagu yang sama sedang menggetarkannya.
Berikan hatimu, namun jangan saling menguasakannya,
Sebab hanya Tangan Kehidupan yang akan mampu mencakupnya.
Tegaklah berjajar, namun jangan terlampau dekat;
Bukankah tiang-tiang candi tidak dibangun terlalu rapat?
Dan pohon jati serta pohon cemara,
Tiada tumbuh dalam bayangan masing-masing.
Guru, bagaimanakah soal perkawinan?
Lalu Sang Guru memberi jawaban:
Berpasangan engkau telah diciptakan,
Dan selamanya engkau akan berpasangan.
Bersamalah dikau tatkala Sang Maut merenggut umurmu,
Ya, bahkan bersama pula kalian, dalam ingatan sunyi Tuhan.
Namun biarkan ada ruang antara kebersamaanmu itu,
Tempat angin surga menari-nari di antaramu.
Berkasih-kasihanlah, namun jangan membelenggu cinta,
Biarkan cinta itu bergerak senantiasa, bagaikan air hidup,
Yang lincah mengalir antara pantai kedua jiwa.
Saling isi lah piala minumanmu, tapi jangan minum dari satu piala,
Saling bagilah rotimu, tapi jangan makan dari pinggan yang sama.
Bernyanyi dan menarilah bersama, dalam segala suka cita,
Hanya biarkanlah masing-masing menghayati ketunggalannya.
Tali rebana masing-masing punya hidup sendiri,
Walau lagu yang sama sedang menggetarkannya.
Berikan hatimu, namun jangan saling menguasakannya,
Sebab hanya Tangan Kehidupan yang akan mampu mencakupnya.
Tegaklah berjajar, namun jangan terlampau dekat;
Bukankah tiang-tiang candi tidak dibangun terlalu rapat?
Dan pohon jati serta pohon cemara,
Tiada tumbuh dalam bayangan masing-masing.
ijin share ya, makasih
BalasHapus