Searching...
Kamis, 27 Desember 2012

Will you marry me?


Saya seringkali ditanya teman L dimana bisa menikah untuk pasangan L dan bagaimana caranya? Banyak sekali teman-teman L yang ingin menikah. Saya sendiri tidak tahu apakah menikah secara legal atau Cuma sekedar menikah secara serimoniial saja. pernah seorang teman yang datang kepada saya, dengan berseri seri bersama pasangannya mengatakan kepada saya. “Kami baru menikah Djie!” Aku langsung memberinya selamat. “Selamat ya, dimana menikahnya?” Diapun dengan bangga mengatakan kalau habis menikah sendiri, berjanji setia di Gereja. Adalagi seorang teman yang minta dinikahkan bersama pasangannya di sebuah organisasi LGBT. Pernikahan diadakan dengan meriah mengundang semua teman komunitas, ada saksinya. Mereka juga membuka rekening bersama dan menandatangi surat janji nikah. Tetapi tidak sampai satu tahun hubungan mereka bubar begitu saja. dan tentu saja diikuti dengan drama yang mengalahkan sinetron Indonesia.

Ada teman lain perempuan hetero yang juga ingin menikah ketika saya tanya mengapa ingin menikah? Katanya untuk melaksanakan tugas seorang anak memenuhi keiginan orang tua. Tetapi ada juga yang ingin menikah karena dia ingin mempunyai anak. Lalu saya mengatakan, “lho kalau mau punya anak khan nggak harus menikah”Kataku. “Apa kata orang kalau punya anak tanpa menikah!”Jawabnya. lain lagi temanku seorang cowok hetero yang juga ingin menikah. Aku juga menanyakan hal yang sama. “Kenapa kamu ingin menikah? Lalu jawabnya, “Khan enak Djie kalau punya isteri ada yang melayani makan, cuci baju dan lain-lain” lalu aku jawab “Kenapa nggak cari pembantu aja?”  lalu teman saya itu marah dan membuat saya lebih marah lagi. “Kamu mau cari isteri atau cari pembantu sudah begitu masih harus melayani seks kamu!”  Tetapi ada juga teman cowok hetero yang mengatakan menikah adalah kewajiban yang sudah ditentukan oleh agama. Ada pula teman perempuan yang ingin menikah supaya ada yang menghidupinya. Ada juga teman saya perempuan, yang ingin mencari suami kaya agar hidupnya terjamin. Tetapi sampai sekarang dia belum menikah dan kabar terakhir yang saya dengar dia menjadi isteri simpanan seorang pengusaha kaya. Itu semua dari persepsi hetero

Ketika saya tanya kepada teman L kenapa mereka ingin menikah, jawabannya lebih tidak realistis lagi. Ada seorang teman yang mengatakan ingin menikah dengan pasangannya karena ingin melindungi. Ketika saya tanya kembali melindungi seperti apa? Melindungi dari keluarga pasangannya yang ingin menikahkan pasangannya dengan pria pilihan keluarga. Ada pula yang mengatakan ingin menikah agar bisa selalu bersama dengan pasangannya. Ada yang bilang agar mereka tidak terpisahkan dengan pasangannya. Memang rata-rata yang ingin menikah adalah pasangan yang masih muda dan baru merasakan senangnya berpasangan. Ada yang beranggapan bisa menikah di Bali karena pernah mendengar seorang teman menikah di Bali. Ada yang sudah menyiapkan uang puluhan juta untuk bisa menikah dengan pasangannya. Ada yang sampai memalsukan identitasnya menjadi laki-laki agar dapat menikah dengan pasangannya. Yang akhirnya harus berakhir di penjara karena dianggap penipuan identitas.

Saya pernah tanya teman L yang orang swedia. Kenapa dia menikahi pasangannya. Dia mengatakan supaya ada perlindungan terhadap pasangannya, juga menyangkut soal asuransi, kesehatan, warisan dan juga soal memiliki anak. Sedangkan teman gay yang juga menikah secara legal mengatakan, sejak menikah dia jadi tidak gampang memutuskan pasangannya ketika bertengkar. Ada yang bertanya kepada saya, “Djie, kamu khan sering ke luar negeri kenapa kamu nggak menikah aja disana?” Aku hanya menjawab “Nanti kalau di Indonesia bisa menikah biarpun sudah tua, aku akan tetap menikah dengan pasanganku” Adalagi teman gay di Belanda yang telah menikah secara resmi dengan pasangan selama 25 tahun tiba-tiba memutuskan bercerai dan dia harus menghabiskan uang banyak dan harus membeli rumah baru. Tapi itu tidak menyurutkan dia untuk tetap menikah kembali dengan pasangan barunya di Argentina.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia nikah adalah ikatan (akad) perkawinan yg dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.  Jadi sudah jelas bahwa menikah di Indonesia harus sesuai dengan ajaran agama dan hukum. Dan hukum Indonesia masih belum bisa melegalkan atau mensahkan pernikahan sejenis. Setiap orang mempunyai nilai yang berbeda-beda tentang makna sebuah pernikahan. Saya teringat seorang guru Yoga dari India yang mengatakan bahwa pernikahan itu adalah penyatuan Soul dari dua orang yang saling mencintai dan itu lebih penting daripada sepucuk kertas yang bisa usang. Ada yang memaknai Pernikahan sebagai sebuah perjalanan dua orang yang saling mencintai baik dalam suka maupun duka, yang terus saling belajar mengenai pasangannya, Saling mengisi dan mendukung satu sama lain.

Jadi apa makna pernikahan buat diri kamu sendiri? Sebelum kamu mengatakan Will you to marry me? Kepada pasanagnmu sebaiknya kamu tanya kepada diri sendiri, apa sih arti pernikahan buat aku?  Apakah aku sudah siap menjalani hidup bersama dia? Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, karena di dunia ini tidak ada pasangan yang sempurna, yang ada adalah bagaimana kita menerima dia apa adanya tanpa mempunyai keinginan merubah dia menjadi seperti yang kita inginkan.

PERKAWINAN – Khalil Gibran
Kemudian Almitra melanjutkan pertanyaan:
Guru, bagaimanakah soal perkawinan?

Lalu Sang Guru memberi jawaban:
Berpasangan engkau telah diciptakan,
Dan selamanya engkau akan berpasangan.

Bersamalah dikau tatkala Sang Maut merenggut umurmu,
Ya, bahkan bersama pula kalian, dalam ingatan sunyi Tuhan.

Namun biarkan ada ruang antara kebersamaanmu itu,
Tempat angin surga menari-nari di antaramu.

Berkasih-kasihanlah, namun jangan membelenggu cinta,
Biarkan cinta itu bergerak senantiasa, bagaikan air hidup,
Yang lincah mengalir antara pantai kedua jiwa.

Saling isi lah piala minumanmu, tapi jangan minum dari satu piala,
Saling bagilah rotimu, tapi jangan makan dari pinggan yang sama.

Bernyanyi dan menarilah bersama, dalam segala suka cita,
Hanya biarkanlah masing-masing menghayati ketunggalannya.

Tali rebana masing-masing punya hidup sendiri,
Walau lagu yang sama sedang menggetarkannya.

Berikan hatimu, namun jangan saling menguasakannya,
Sebab hanya Tangan Kehidupan yang akan mampu mencakupnya.

Tegaklah berjajar, namun jangan terlampau dekat;
Bukankah tiang-tiang candi tidak dibangun terlalu rapat?

Dan pohon jati serta pohon cemara,
Tiada tumbuh dalam bayangan masing-masing.

1 comments:

 
Back to top!