Searching...
Sabtu, 13 Juni 2015

Hero's Journey of Lesbian

Beberapa hari yang lalu ada yang berdebat apakah lesbian itu takdir atau bukan. Ada yang beranggapan bahwa itu bukan takdir dan menganggap itu pengaruh dari lingkungan sehingga seseorang menjadi lesbian. Tiba-tiba saya berpikir, seandainya saya bisa mempengaruhi Agnes Monica atau Cut Meyriska menjadi lesbian dan menjadikan pacar saya tentu akan membahagiakan. Kata temanku “Kamu memang selalu pengen melesbiankan orang! “Ahh..seandainya saya bisa!Jawabku. Tetapi kenyataan tidak bisa, saya pernah mengalami fase dimana saya jomblo sampai 4 tahun tidak mendapatkan pacar. Apalagi di jaman saya sangat sulit menemukan komonitas lesbian di sekitar saya. Dan saya tidak bisa mempengaruhi teman wanita saya untuk jadi lesbian dan mau jadi pacar saya.

Sejak adanya internet apalagi sosial media, sangat muda sekali buat lesbian untuk menemukan komunitas ataupun pasangan. Begitu juga dengan informasi mengenai orientasi seksual ataupun identitas gender. Beda dengan saya yang naksir cewek mulai SD tetapi tidak pernah tahu apa itu namanya, hingga SMP kelas 3 baru tahu kalau menyukai perempempuan itu namanya lesbian.  Bahkan ketika tahu bahwa aku lesbian juga tidak tahu harus bagaimana dan kemana. Suka dengan teman sekelas tetapi tidak berani menyatakan dan tidak tahu apakah dia lesbian atau tidak.

Sekarang kalau dilihat anak lesbian makin muda usianya ketika coming out atau menemukan komunitasnya. Derasnya informasi dan mudahnya orang menemukan kenalan lewat FB atau aplikasi lainnya juga berdampak bagi lesbian itu sendiri. Karena FB ada yang menemukan pasangannya tetapi ada juga yang menjadi korban penipuan atau mengalami kekerasan. Sebetulnya saya bukan ingin bercerita soal sosial media atau lainnya. Saya cuma mencoba menyimpulkan atau lebih tepatnya mengambil pelajaran dari pengalaman saya atau teman-teman lesbian lainnya.   

Setiap orang pasti mempunyai pengalaman yang berbeda beda dalam perjalanan hidupnya. Perjalanan yang paling berat adalah ketika seseorang harus mengalami perasaan berdosa akan orientasi seksualnya. Saya termasuk orang yang beruntung karena saya dibesarkan dikeluarga yang beragama kepercayaan sehingga tidak ada pendidikan soal dosa menjadi lesbian. Bahkan ketika saya mulai belajar agama Katolik saya juga tidak mengalami perasaan bersalah itu. Saya juga beruntung bukan dibesarkan dari keluarga yang menganut paham perempuan harus menikah dan mempunyai anak, sehingga saya tidak mengalami tekanan untuk menikah.

Tetapi di luar sana banyak sekali teman-teman lesbian yang tidak beruntung. Mereka harus mengalami struggles ketika tahu dirinya lesbian. Saya mempunyai teman yang merasa berdosa menjadi lesbian sehingga setiap kali habis bercinta dia selalu melakukan pengakuan dosa. Ada juga yang harus putus dengan pacarnya setelah bertahun-tahun pacaran dan tiba-tiba pacarnya merasa berdosa dan tidak mau lagi ML. Saya tidak ingin berbicara soal dosa, takdir atau bukan atau tentang Tuhan. Menurut saya setiap orang harus bisa menemukan kedamaian dalam dirinya, berdamai dengan Tuhannya masing-masing, apapun agamanya atau kepercayaannya.  Menjadi lesbian bukan berarti kamu tidak beriman dan beragama. Saya memang tidak mempunyai kemampuan berbicara soal Agama tetapi saya selalu percaya bahwa Tuhan itu penuh cinta kasih. Biarkan nanti Tuhan yang memutuskan saya ini berdosa atau tidak bila saatnya tiba. Bukan manusia lain yang memutuskan dan yang terpenting Saya selalu berdoa dan dan beriman kepada Tuhan.

Saya percaya bahwa hidup itu perjalana dan bagaimana kita memaknai atau belajar dari perjalanan hidup kita atau orang lain. Saya juga tahu bahwa kita tidak hidup sendirian di dunia ini, tetapi bersosialisasi dan beradaptasi dengan manusia lain dan alam semesta. Seperti Hero’s journey, Setiap orang mempunyai lakonnya sendiri dan berjuang dalam hidupnya sendiri. Dalam perjalanan itu kita bisa saja menemukan musuh atau sahabat, menemukan rintangan, melewati jalan yang terjal, kita juga akan diuji dengan segala cobaan, menghadapi ketakutan dan lain sebagainya. Kita juga akan menemukan orang yang menyemangati tetapi ada juga orang melemahkan kita, membuat kita takut dan terpuruk. Saya tahu itu semua tidaklah mudah dan kadang meninggalkan luka yang mendalam.

Saya tahu banyak informasi mengenai lesbian, ada yang mendukung ada pula yang menghujat. Begitu banyak teori mengenai lesbian baik yang ilmiah maupun yang ilmu ‘gathuk’ atau dicocok-cocokan. Tetapi sebetulnya yang paling penting adalah bagaimana seseorang menemukan identitas dirinya dan bisa berdamai dengan dirinya. Bagaimana dia bisa melalui jalan yang terjal dan menghadapi orang lain kalau orang tersebut belum bisa menerima dirinya dan berdamai. Tidak ada teori yang tepat dan cocok 100% yang bisa menjelaskan kenapa aku seperti ini atau menjadi seperti ini. Jawaban itu bukan di luar sana tetapi temukan dalam dirimu sendiri dan jadikan itu kekuatan kamu untuk menjalani Hero’s journey mu dan keluar sebagai hero buat diri sendiri dan orang yang kamu sayangi.

Menurut Joseph Campbell ada beberapa tahap dalam Hero’s journey yang saya rasa sama dengan perjalanan pencarian identitas teman-teman lesbian.  Tahapan itu adalah :

THE ORDINARY WORLD.  Ditahap ini kita merasa tidak nyaman, tidak mudah dan bagaimana memberitahu identitas kita kepada orang lain bila ada yang bertanya. Semua jadi seperti salah dan sangat membuat tertekan.

THE CALL TO ADVENTURE.  Situasi yang semakin menekan dengan banyaknya orang yang mulai menyadari perbedaan kita ada yang mulai mencurigai kita kalau kita lesbian. Dan kita mulai menghadapi perubahan sikap dari orang sekitar kita. Misalnya mulai bertanya cara kamu berdandan atau kenapa tidak punya pacar cowok, dll

REFUSAL OF THE CALL.  Disini mulai merasakan ketakutan yang tidak jelas dan kadang merasa ada keinginan untuk melarikan diri dari kenyataan. Kita mulai meragukan semuanya dan merasakan penyankalan pada diri sendiri.

MEETING WITH THE MENTOR.  Pada tahap ini seorang lesbian mulai mencari role model, dia mulai menemukan panutan, atau mentor yang bisa dijadikan mentor, dimintai pendapat yang membantu dirinya untuk menemukan jalan hidupnya.

CROSSING THE THRESHOLD.  Pada tahap ini dia mulai memutuskan apa yang diinginkan dalam hidupnya. Dan mulai perjalanan hidupnya yang baru dengan segala macam aturannya.

TESTS, ALLIES AND ENEMIES.  Dia mulai bisa membedakan mana yang sahabat dan mana yang mush, mulai menemukan komunitas dan memulai perjuangannya.

APPROACH.  Dia mulai berani coming out dan menjadi pejuang HAM membela hak-haknya meskipun tidak harus menjadi aktivis, setidaknya dia sudah mulai berani memperjuangkan dirinya sendiri untuk menentukan apa yang dia mau

THE ORDEAL.  Dia berani menghadapi orang-orang disekitarnya, berani menghadapi ketakutan terbesarnya. Mulai berani melawan dan membela dirinya.

THE REWARD.  Karena dia berani menghadapi ketakutannya dan menghadapi lingkungannya. Dia mendapatkan hadiah yaitu kenyamanan akan dirinya dan identitasnya. Mulai timbul rasa percaya dirinya dan merasakan kebahagian dalam menjalani hidupnya.

THE ROAD BACK.  Setelah melewati perjalanan hidup dan pendewasaan, dia mulai mengerti dan tahu apa yang diinginkan. Biasanya pada tahap ini hubungan dengan keluarga juga sudah mulai membaik dan berdamai.

THE RESURRECTION.  Setelah menghadapi berbagai cobaan dan rintangan dalam menemukan jatidiri. Segala kegelisahan sejak awal sudah terjawab dan seperti terlahir kembali menjadi pribadi yang kuat dan percaya diri.

RETURN WITH THE ELIXIR.  The hero returns home or continues the journey, pada sesi ini seseorang biasanya sudah menemukan jati dirinya, sudah berdamai dengan dirinya dan keluarganya. Mereka telah diterima kembali dalam keluarga dan orang di sekitarnya. Dan telah menjadi telah yakin dengan pilihannya.


2 comments:

  1. saya seorang B. saya baru putus dari F saya awal ramadhan kemarin. hubungan kami sudah 4,6th. kami menjalin hubungan sejak SMA. awalnya kami putus karena ada orang ketiga dan yang buat saya sakit hati itu adalah seorang pria yang ada di antara kami. mereka menjalin hubungan dari bulan mei lalu. awalnya saya sakit hati sekali tapi entah kenapa dengan begitu cepatnya saya bisa memaafkan dia. tadinya saya memberi dia pilihan, jika dia masih tetap dengan laki2 itu, saya yang akan pergi jauh tetapi dia memohon2 supaya saya gak pergi dari hidupnya. akhirnya tanpa paksaan, dia memutuskan laki2 itu. sekarang status kami hanya adik kaka, begitu permintaan dia. dia belajar lurus untuk orang tuanya. padahal saya ingin sekali menikah dengan dia yang tentunya saya in harus menjadi laki2. itu sudah saya pikirkan disaat hubungan kami masih harmonis.. saya semakin mencintai dia sampai detik ini. saya masih melihat jelas dimatanya rasa cinta untuk saya.

    menurut anda bagaimana seharusnya saya? saya ingin sekali menjadi laki2 untuknya bukan karena kami putus tapi saya benar2 tulus dan itu yang saya mimpikan selama ini.. mohon sharing ya

    BalasHapus
  2. saya seorang B. saya baru putus dari F saya awal ramadhan kemarin. hubungan kami sudah 4,6th. kami menjalin hubungan sejak SMA. awalnya kami putus karena ada orang ketiga dan yang buat saya sakit hati itu adalah seorang pria yang ada di antara kami. mereka menjalin hubungan dari bulan mei lalu. awalnya saya sakit hati sekali tapi entah kenapa dengan begitu cepatnya saya bisa memaafkan dia. tadinya saya memberi dia pilihan, jika dia masih tetap dengan laki2 itu, saya yang akan pergi jauh tetapi dia memohon2 supaya saya gak pergi dari hidupnya. akhirnya tanpa paksaan, dia memutuskan laki2 itu. sekarang status kami hanya adik kaka, begitu permintaan dia. dia belajar lurus untuk orang tuanya. padahal saya ingin sekali menikah dengan dia yang tentunya saya in harus menjadi laki2. itu sudah saya pikirkan disaat hubungan kami masih harmonis.. saya semakin mencintai dia sampai detik ini. saya masih melihat jelas dimatanya rasa cinta untuk saya.

    menurut anda bagaimana seharusnya saya? saya ingin sekali menjadi laki2 untuknya bukan karena kami putus tapi saya benar2 tulus dan itu yang saya mimpikan selama ini.. mohon sharing ya

    BalasHapus

 
Back to top!