Searching...
Minggu, 21 Agustus 2011

How to Enjoy Being Lesbian

Ketika ada teman yang bertanya “Apakah kamu enjoy menjadi lesbian? Saya akan menjawab dengan semangat “Of course I’m enjoy being lesbian! Apakah kamu bangga menjadi lesbian? Mungkin saya akan berhenti dan berpikir jawaban yang tepat. “Saya bukan bangga menjadi lesbian tetapi saya bangga bisa menjadi diri saya sendiri! Kalau ada yang bertanya apakah saya sudah coming out? Saya juga akan bingung menjawabnya. Apakah bergabungnya saya diorganisasi LGBT dan menjadi representative Female ILGA Asia sudah termasuk coming out? Karena saya tidak pernah secara terus terang mengatakan “Hey, I’m Lesbian! Bukannya takut digampar orang tapi trus kalau dia menjawab “So, what? Saya khan bisa malu sendiri.

Ketika pertama kali tahu bahwa mencintai perempuan itu namanya lesbian, saya merasa senang sekali dan menjadi tahu kalau diri saya adalah lesbian. Itu terjadi ketika saya masih SMP dan mulai jatuh cinta dengan sahabat saya meskipun tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkannya. Kegembiaraan makin menjadi ketika bertemu dengan teman-teman lesbian lainnya, seperti menemukan dunia yang hilang. Meskipun pernah patah hati dan hampir putus asa karena tidak punya pasangan, saya tetap saja merasa enjoy menjadi lesbian dan tidak pernah kapok menjadi lesbian.

Ketika memasuki dunia kerja dan menjalin hubungan dengan rekan kerja, sampai ketahuan pimpinan dan dipanggil serta ditanya pimpinan dan sampai seluruh perusahaan tahu, itu tidak menghentikan saya menjadi lesbian. Malah itu membuat saya jadi ringan karena akhirnya semua rekan kerja saya bisa menerima keadaan saya, bahkan ada yang berusaha menjodohkan saya dengan saudaranya yang ternyata juga lesbian. Ini bagi saya seperti blessing in disguise.

Saya sadar tidak semua orang bisa menerima dirinya sebagai lesbian dan bisa enjoy menjadi lesbian. Apalagi para lesbian muda yang masih mencari identitas diri dan pada masa-masa kebingungan identitas seksualnya. Ditambah lagi bila dia mendapat infromasi yang salah mengenai lesbian. Kita dari kecil selalu diajarkan hal-hal yang salah dan menakutkan tentang seks, tentang hubungan seksual. Kita juga selalu diajarkan bahwa pasangan itu hanya ada laki-laki dan perempuan saja. Kita tidak pernah diberitahu bahwa ada juga pasangan perempuan dengan perempuan. Begitu pula dengan pelajaran agama yang sudah dijejalkan pada kita sejak kecil, semua hanya ada tentang surga dan neraka, tentang hitam dan putih, tentang dosa dan lain sebagainya. Mungkin tidak ada orang tua yang mengatakan bahwa lesbian itu juga ciptaan Tuhan lho! Yang ada, adalah kalau orang tua mengetahui anaknya seorang lesbian maka dia akan diajak ke psikolog, dimasukan kedalam pondok, diminta bertobat di gereja, pokoknya segala cara agar kita bisa disembuhkan menurut pemikiran mereka.

Pemahaman bahwa menjadi lesbian itu adalah dosa, bersalah, dan sakit itu masih sering saya temui pada teman-teman lesbian. Mereka menjadi homophobia baik untuk dirinya sendiri atau lingkungannya. Atau kalau dia tidak menjadi homophobia dia akan sulit untuk menerima dirinya sendiri. Menjadi tidak percaya diri dan selalu ingin menjadi orang lain. Dia tidak mempunyai konsep diri yang baik. Dan ketika menjalin relasi dengan orang lain atau berpacaran dengan perempuan dia akan diliputi perasaan bersalah tetapi juga tetap ingin meneruskan hubungan itu yang akhirnya sering bertengkar dengan pasangan. Yang lebih parah lagi dia akan menjadi posesif terhadap pasangannya. Dia tidak bisa menikmati dan enjoy dalam berelasi.

Menurut Gail dan sandra; Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan akan mempengaruhi seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir; tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas dunia.

Bagaimana sih Proses Pembentukan Konsep Diri itu?
·         Proses belajar sejak dari dilahirkan hingga dewasa kita selalu belajar, baik dari lingkungan, pengalaman, pergaulan dan pola asuh orang tua yang memberikan pengaruh signifikan terhadap konsep diri kita. Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Oleh karena itu kalau kita dari kecil diajarkan bahwa lesbian itu dosa maka pengertian itu akan tertanam dalam diri kita

·         Bersifat dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat. Misalnya, seorang merasa dirinya pandai dan selalu berhasil mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah. Bisa saja saat itu ia jadi merasa “bodoh”, namun karena dasar keyakinannya yang positif, ia berusaha memperbaiki nilai

Seperti yang diungkapkan di atas konsep diri adalah bagaimana seseorang mengkategorikan dirinya.
·         Diri yang dia percayai : adalah diri yang dia percaya atau yakini sebagai jatidirinya baik secara fisik, emosi dan intelektual. Misalnya : aku lesbian hitam manis, berambut keriting (fisik). Aku seorang yang penyabar (emosi). Aku orang yang cerdas dan gampang menerima pelajaran. (intelektual).
·         Diri ideal yang diinginkan : adalah diri yang dia inginkan untuk menjadi atau harapan akan dirinya untuk menjadi. Misal dia ingin lebih cantik,tampan, putih, penyabar dan lain sebaginya.
·         Diri yang orang lain mempersepsikan individu tersebut : adalah bagaimana orang lain melihat atau mempersepsikan dia sebagai seseorang.

Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang Lesbian, antara lain pola asuh orang tua ketika memberikan pelajaran atau pengetahuan tentang identitas gender, peran seks, dan stereo type tentang male dan female. Misal : ketika kita kecil dan ketemu Lesbian, Waria atau Gay dan orang tua kita mengatakan hal yang negative maka kita akan berpikir menjadi seperti mereka adalah negative.  Selain itu perkembangan identitas seksual seorang lesbian juga akan memperangruhi konsep dirinya. Maka dari itu kita harus tahu siklus atau tugas perkembangan identitas seksual kita sehingga kita dapat membetuk konsep diri kita.

Perkembangan identitas seksual pada Lesbian
Kebingungan identitas :  Ketika seoarang remaja merasa bahwa dirinya memiliki ketertarikan dengan teman sejenis, dia akan merasa bahwa dirinya aneh, tidak normal dan bahkan ada yang menganggap dirinya sakit. Karena tidak sesuai dengan ajaran yang diterima selama ini. Akhirnya dia berusaha mencari-cari apa yang dirasakan itu. Pada tahap di mana seseorang sedang mengalami kebingungan identitas ini, akan timbul penyangkalan dan penolakan yang sangat kuat terhadap perasaannya sendiri. Di satu pihak dia mengalami perasaan romantika yang indah kepada seseorang, tetapi di lain pihak tumpukan ajaran moral, agama, dan kewajibannya kepada orang-tuanya, keluarganya dan bahkan masyarakatnya, menggedor-gedor pintu kesadarannya dan berusaha menariknya ke arah mereka.

Perbandingan Identitas : Setelah seseorang berhasil mengatasi dan melewati tahap kebingungan identitas, dia akan mulai memasuki tahap berikutnya, tahap di mana dia membandingkan kedua identitas yang dia rasakan ada di dalam dirinya untuk mengetahui mana di antara keduanya yang lebih kuat. Identitas lesbian  atau identitas hetero. Pada tahap kedua ini kesadaran bahwa dia memang mempunyai perasaan tertarik baik secara emosi maupun fisik terhadap perempuan di dalam dirinya menjadi semakin jelas batas-batasnya seperti lukisan yang sudah berbingkai.  Dia mulai bisa menerimanya meskipun dia belum bisa juga jujur pada dirinya sendiri.  Dengan jelas di dalam hatinya dia tahu dia seorang lesbian, tetapi di luar dia tetap bertingkah-laku sebagai hetero. Sebagai bentuk pencarian identitas pada tahap ini, adalah membandingkan perasaan erotisnya sendiri terhadap dua obyek yang berbeda, perasaan erotis hetero dibandingkan dengan perasan erotis lesbian.  Untuk itu bisa saja seorang remaja puteri yang menyukai seorang cowok dan seorang cewek secara seksual dan pada waktu yang bersamaan.
               
Toleransi Identitas : Pada tahap ini seseorang mulai beranjak dari identitas heteroseksual  ke identitas homoseksual. Seseorang mulai menyadari bahwa ia adalah homoseksual. Mereka mulai mencari-cari klub atau perkumpulan LGBTIQ secara diam-diam untuk memenuhi kebutuhan akan teman senasib. Mereka berusaha menutupi kegiatannya itu sambil diam-diam mulai melakukan hubungan atau kegiatan yang berkaitan dengan LGBTIQ. Pengalaman yang menyenangkan ini akan semakin menguatkan perasaan penerimaan diri akan homoseksualitasnya dan akan semakin intens. Ini akan mengurangi perasaan terasing atau terisolasi karena telah menemukan teman senasib.
               
Penerimaan identitas : pada tahap ini seseorang sudah bisa menerima identitasnya sebagai seorang lesbian. Tetapi dia masih belum mempunyai keberanian untuk coming out. Di dalam komunitas, seorang memang dapat terbuka dan karena itu dia akan merasa senang berada di tengah-tengah teman-teman sesama LGBT. Di luar komunitas LGBT, seperti di rumah, di sekolah dan di tengah lingkungan tempat di mana dia tinggal, dia harus berperan seperti seorang heteroseksual. Inilah sebabnya mengapa terkadang orang-tua tidak menyadari bahwa anaknya adalah seorang lesbian untuk waktu yang cukup lama.

Kebanggaan Identitas : Setelah melewati tahap penerimaan diri ini,  seorang lesbian akan sampai pada tahap di mana dia dapat merasa bangga dengan identitasnya. Dia mulai berani untuk coming out atau membuka diri. Mereka mulai aktif di organisasi atau komunitas. Mereka mulai berani mengakui kalau dirinya lesbian. Seorang lesbian yang mengalami perkembangan identitas pada tahap ini mungkin akan mulai berani menjadi seorang aktivis dan berani maju di depan penguasa negara untuk memperjuangkan nasibnya. Pada saat ini konsep dirinya mulai terbentuk. Dia mulai dapat melihat siapa dirinya dan dapat menerimanya. Dia mulai berani merancang masa depannya dengan indentitasnya sebagai seorang lesbian. Dia mulai berani memperjuangkan haknya di dalam keluarga atau lingkungan kecilnya. Ketika menghadapi tantangan dia tidak lagi lari dan menyangkal dirinya lesbian.          

Menjadi lesbian bagi saya adalah sebuah pilihan hidup meskipun ada yang menganggap itu sebagai takdir. Kenapa saya menganggap itu pilihan karena ada juga yang tahu dirinya lesbian dan tidak ingin menjadi lesbian dengan hidup selibat dan menghindari teman-teman lesbian. Apabila kita sudah memilihnya maka kita harus bertanggung jawab dan sadar dengan  pilihan kita itu. Kita tidak akan mempunyai konsep diri yang baik bila kita tidak tahu apa yang kita inginkan atau akan menjadi seperti apakah kita? Kita tidak dapat mempunyai citra diri yang positif sebelum terlebih dahulu sadar akan diri kita dan menerima serta menghargai diri sendiri. Orang lain tidak akan menghargai diri kita apabila kita tidak menghargai diri sendiri. Jadi sebelum kamu berharap orang lain menerima dirimu apa adanya sebaiknya kamu menerima dirimu sendiri dan selalu bangga dengan diri sendiri. Siapapun kamu dan apapun identitas seksualmu kamu berhak untuk menjadi yang terbaik yang kamu bisa. And enjoy being lesbian, it’s your life!

Let me listen to me and not to them” - Gertrude Stein -

3 comments:

  1. Tulisan yg bagus.. sangat mencerahkan. :-)

    BalasHapus
  2. sayang ga bisa di share ya, hihihi , me too so enjoy being lesbian.

    BalasHapus
  3. Sakiit...sakit...berobat ting...

    BalasHapus

 
Back to top!